Suasana Puasa Ala Kawasan THM Nusa Kec.Sabbang Kab.Luwu Utara
Oleh : Arief Ayi
2 August 2011, 22:41 WITA
Suara Azan (panggilan untuk Sholat) isya yang berkumandang dari menara-menara masjid, sayup-sayup terdengar di salah satu warung yang menghidangkan jagung rebus di sekitar kawasan tempat hiburan malam di Kelurahan Marobo, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara.
Tak jauh berbeda dengan suasana malam sebelum memasuki bulan Ramadhan kali ini, pengunjung dari kalangan pria tetap memadati warung-warung jualan yang berjejer sepanjang 2 kilometer ini.
Dari menu hidangan yang disuguhkan tiap kedai itu, biasa-biasa saja, tak ada yang terlalu istimewa, namun hampir di setiap kedai yang menghidangan menu jagung rebus tak pernah sepi akan pengunjung.
Salah satu perbedaan pada malam bulan Ramadhan kali ini dengan malam lainnya, di kawasan yang disebut Nusa ini, tidak lagi didengarkan hingar bingar dentuman musik dari arah belakang jejeran warung tersebut.
Sekitar 50 meter ke arah belakang warung itu, terdapat kompleks bangunan yang kerap di kunjungi para penggemar gemerlapnya kelap-kelip lampu hiburan pada malam hari. Di kompleks tersebut sedikitnya ada dua puluhan bangunan dengan penghuninya siap memberikan fantasi hiburan bagi mereka yang ingin menghabiskan malam di Kompleks tempat hiburan malam (THM) Nusa.
Sebelum bulan Ramadhan 1432 H, saat melintasi jalan berpasir menujuh kompleks THM di kawasan Nusa, para penggemar hiburan malam akan disambut dentuman suara musik dari pintu-pintu bangunan yang memancarkan cahaya remang-remangnya.
Sorotan kecil lampu yang silih berganti mengeluarkan cahaya berwarna-warni, menyinari sejumlah wanita berdandan seksi dengan aroma parfum murahan, siap memberikan pelayanan menggiurkan pada lelaki hidung belang yang berada di balik pintu bangunan tersebut.
Sesuai penuturan salah seorang pengusaha THM di Nusa berinisial 'A' (35) mengungkapkan bila beberapa tahun belakangan ini, persaingan bisnis THM makin meningkat dengan menjamurnya THM di kawasan Nusa. Untuk mempertahankan bisnis yang dirintisnya 5 tahun silam tersebut, Andi harus pintar-pintar menarik langganannya dengan menyediakan layanan plus-plus.
"Saat ini, ada sekitar 21 tempat hiburan malam di kawasan ini. Untuk mengakali persaingan rata-rata THM yang ada, seperti di tempat saya, tidak membatasi keinginan pelanggan terhadap pelayanan yang mereka inginkan," ujarnya.
Menurut A, selain untuk menarik pelanggan, pengusaha THM memberikan pelayanan plus-plus lantaran banyaknya pungutan liar yang dibebankan kepada setiap pengusaha THM di Nusa.
"Banyak pengusaha terpaksa membuat kamar di THM untuk ditempati pelayan tinggal. Setiap bulannya mereka membayar sewa kamar kos itu. Uang sewa itulah digunakan membayar beragam pungutan terhadap kami," jelasnya.
Si A, berharap agar di kawasan itu, diberlakukan aturan yang jelas, karena selama ini terlalu muda mendapatkan izin membuka usaha di kompleks tersebut, sehingga THM menjamur. "Rata-rata THM yang ada hanya menggunakan izin menjual makanan dan minuman. Tapi bila hendak diperpanjang, pengusaha harus bayar dengan nominal harga yang besar dan beragam," keluhnya.
Saat ini, Selasa (2/8/11), hari kedua bulan Ramadhan, suasana terasa hening di kompleks hiburan malam itu, tak terlihat seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi hingar bingarnya dentuman musik dan gemerlapnya kilauan warna-warni lampu, namun yang ada tinggal cubitan-cubitan binal dari pelayan di kompleks THM Nusa.
Hal itu diungkapkan seorang janda beranak dua yang berjualan jagung rebus di sekitar jalan masuk ke kompleks THM Nusa. Menurutnya selama bulan Ramadhan, THM pada tutup, tapi sekitar ratusan pelayan yang bekerja di kompleks tersebut, masih ada puluhan yang menetap di kamar THM mereka dan tidak memilih untuk mudik ke kampung halamannya.
"Mungkin setengah dari mereka tidak pulang dan masih menetap di dalam kamar kosnya. Rata-rata pelayan banyak dari luar, namun ada juga dari Lutra. Mereka yang tinggal biasanya masih lakukan pelayanan pada pelanggan dengan cara sembunyi-sembunyi," ungkapnya.
Tak lama berselang seorang pelayan di salahsatu THM bermerk T, sebut saja Citra, menghampiri warung yang sejak tadi saya tongkrongi untuk menikmati jagung rebus usai berbuka puasa. Rupanya Citra ke warung tersebut bukan untuk membeli jagung rebus, tetapi hendak tepati janji bertemu pelanggan di warung tersebut.
Secara jujur, Citra mengaku bila usianya belum mencapai 17 tahun dan tidak dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah pertama karena terbentur biaya. Menurutnya hari pertama di bulan Ramadhan ia masih melayani pelanggan di tempat kerjanya dengan cara diam-diam.
"Biar tidak ketahuan, pintu kafe ditutup dan suara musik dikecilkan. Para langganan masuk melalui pintu belakang dan malah mereka kadang pesan minuman di kamarku. Seperti salahsatu pelanggan yang akan datang ini," kata Citra.
Setelah menghabiskan setengah lusin jagung rebus dengan harga Rp 5000,- segera kugeber motorku meninggalkan warung milik janda dan Citra yang menunggu pengagumnya di warung tersebut, karena sayup-sayup dari menara-menara masjid telah berkumandang qomad shalat.
"Hal ini perlu mendapat Perhatian Pemerintah Kab.Luwu Utara dan Pemerintah Kec.Sabbang, klu bulan Ramadhan Kemaksiatan meraja lela, berarti lebih-lebih pada bulan lainnya. Praktek Prostitusi di Nusa bukan lagi rahasia, semua orang sudah tau, tidak terkecuali Pemkab Luwu Utara dan Pemerintah Kec.Sabbang, tapi hal ini sepertinya dibiarkan bahkan malah diorganisir. Hati-Hati Pak dengan PAD dari hasil Maksiat, Insya Allah tidak ada berkahnya".
0 komentar:
Posting Komentar