Bertahun-tahun Pelajari Berbagai Agama, Hannah Snider Akhirnya Masuk Islam
Written By Admin BeDa on Sabtu, 06 Agustus 2011 | 10:00
Hannah Snider adalah salah satu wanita Los Angeles, Amerika Serikat, yang sejak lama meyakini bahwa Tuhan itu harusnya satu. Namun, ia sama sekali tidak mengetahui tentang Islam kecuali dari media Barat yang cenderung menyebarkan stigma negatif tentang Islam. Hannah sebenarnya pernah bertemu bahkan memiliki teman Muslim, namun mereka tidak pernah mendakwahkan apa itu Islam kepada Hannah.
"Alasan saya tidak pernah tahu tentang agama agung ini karena tidak ada yang pernah mengatakan kepada saya. Aku punya teman sekamar Muslim, telah bertemu dengan orang Muslim, tapi tak seorang pun memberitahu saya apa yang umat Islam yakini," kata Hannah mengenang masa lalunya.
Merasa keyakinannya terhadap Tuhan yang satu belum bertemu dengan agama yang benar, Hannah mulai mempelajari berbagai agama yang diketahuinya. Bertahun-tahun Hannah mencoba memahami tentang berbagai agama itu seraya membandingkan dengan fitrah keyakinannya. Sampai suatu ketika, seorang teman meminta Hannah menjelaskan keyakinan dasarnya.
Hannah menjelaskan kepada temannya itu bahwa ia percaya Tuhan tapi tak menganut satu agamapun. Lalu teman tersebut menjelaskan tentang Islam sekaligus sambil berdiskusi untuk 'meluruskan' Hannah.
"Dia mengoreksi saya dengan menjelaskan bagaimana Islam masuk ke dalam keyakinan saya, dan saya mulai meneliti dan belajar dan membaca Al-Quran," kata Hannah.
Akhirnya, setelah meneliti dan mempelajari Al-Qur'an, Hannah yakin bahwa inilah keyakinan yang selama ini ia cari. Pada 27 Mei 2011, Hannah bersyahadat, mendeklarasikan imannya dalam Islam. Namun Hannah mengaku sebenarnya ia telah berkeyakinan Muslim sejak lama.
"Saya selalu Muslim, tapi tidak menyadarinya. Saya selalu percaya pada satu Tuhan. Hati saya telah Muslim," katanya.
Tidak lama setelah bersyahadat, Hannah segera berdakwah. Ia tak ingin seperti teman dan orang yang dikenalnya sebelumnya yang tak pernah menyampaikan Islam kepada orang yang ditemuinya. Ia tak ingin ada Hannah-Hannah lain yang 'tertunda' masuk Islam karena tidak pernah tahu apa itu Islam kecuali dari media yang mengumbar sentimen anti-Islam.
Kini, diakui atau tidak, Hannah bak humas bagi Islam. Orang-orang nyaman mengajukan pertanyaan-pertanyaan padanya tentang agama barunya, baik di toko kelontong, atau di mal, atau di kantor.[Disarikan dari Republika]
"Alasan saya tidak pernah tahu tentang agama agung ini karena tidak ada yang pernah mengatakan kepada saya. Aku punya teman sekamar Muslim, telah bertemu dengan orang Muslim, tapi tak seorang pun memberitahu saya apa yang umat Islam yakini," kata Hannah mengenang masa lalunya.
Merasa keyakinannya terhadap Tuhan yang satu belum bertemu dengan agama yang benar, Hannah mulai mempelajari berbagai agama yang diketahuinya. Bertahun-tahun Hannah mencoba memahami tentang berbagai agama itu seraya membandingkan dengan fitrah keyakinannya. Sampai suatu ketika, seorang teman meminta Hannah menjelaskan keyakinan dasarnya.
Hannah menjelaskan kepada temannya itu bahwa ia percaya Tuhan tapi tak menganut satu agamapun. Lalu teman tersebut menjelaskan tentang Islam sekaligus sambil berdiskusi untuk 'meluruskan' Hannah.
"Dia mengoreksi saya dengan menjelaskan bagaimana Islam masuk ke dalam keyakinan saya, dan saya mulai meneliti dan belajar dan membaca Al-Quran," kata Hannah.
Akhirnya, setelah meneliti dan mempelajari Al-Qur'an, Hannah yakin bahwa inilah keyakinan yang selama ini ia cari. Pada 27 Mei 2011, Hannah bersyahadat, mendeklarasikan imannya dalam Islam. Namun Hannah mengaku sebenarnya ia telah berkeyakinan Muslim sejak lama.
"Saya selalu Muslim, tapi tidak menyadarinya. Saya selalu percaya pada satu Tuhan. Hati saya telah Muslim," katanya.
Tidak lama setelah bersyahadat, Hannah segera berdakwah. Ia tak ingin seperti teman dan orang yang dikenalnya sebelumnya yang tak pernah menyampaikan Islam kepada orang yang ditemuinya. Ia tak ingin ada Hannah-Hannah lain yang 'tertunda' masuk Islam karena tidak pernah tahu apa itu Islam kecuali dari media yang mengumbar sentimen anti-Islam.
Kini, diakui atau tidak, Hannah bak humas bagi Islam. Orang-orang nyaman mengajukan pertanyaan-pertanyaan padanya tentang agama barunya, baik di toko kelontong, atau di mal, atau di kantor.[Disarikan dari Republika]
0 komentar:
Posting Komentar