Kamis, 04 Agustus 2011


Mengungkap Kematian TAN MALAKA di Selopanggung Kediri (Bagian-1)

In Berita on Agustus 16, 2007 at 06:20 pm08
Ditawan Sebelum Akhirnya DibunuhSetelah hampir setengah bulan rasa penasaran berkecamuk, tepatnya usai press release yang dilakukan  sejarawan Belanda Harry A. Poeze yang yang juga Direktur KITLV Press (Institut Kerajaan Belanda Untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara) di Jakarta (27/7) yang menjelaskan berdasarkan riset yang dilakukannya terkait kematian Tan Malaka, menyebutkan Tan dibunuh di Desa Selopanggung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri, akhirnya Imam Mubarok RADAR Surabaya mendapatkan titik terang tentang lokasi kejadian eksekusi sang Pahlawan Nasional  itu. Keputusasaan sempat berkecamuk dalam otak  saya ketika gagal mendapatkan informasi seperti apa yang disampaikan  Harry A Poeze tentang TAN MALAKA di Desa Selopanggung. Namun berkat kesabaran itulah RADAR Surabaya berhasil bertemu dengan Syamsuri (43) mantan Kepala Desa Selopanggung (1990-1998).
Atas jasanya itulah RADAR Surabaya diajak bertemu dengan Tolu (84) warga Selopanggung yang berada di lembah bawah Gunung Wilis yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Kota Kediri.Tolu yang sudah agak berkurang pendengaranya itu, kaget ketika RADAR Surabaya datang bertanya tentang rumah kakeknya yang dijadikan tempat persembunyian Brigade S saat agresi Belanda kedua terjadi sekitar tahun 1948.
Dan lebih kaget lagi ketika disebutkan nama TAN MALAKA.Tolu terdiam sejenak untuk mengambil nafas, kemudian dia menghisap rokok tembakau yang dibungkus daun  jagung dalam-dalam. Sambil mengeluarkan asap yang keluar dari hidung dan mulutnya kemudian ia memerintahkan kepada anak perempuanya untuk membuatkan kopi kepada RADAR Surabaya sebagai bentuk rasa “gupuh” (repot) dan perwujudan penghormatan pada tamu.
Setelah kopi dihidangkan, kemudian ia bercerita,” Kala itu saya masih berumur sekitar 10 tahun. Saya tinggal bersama kakek saya, Mbah Yasir namannya.  Rumah kakek saya itulah yang ditempati pasukan TRI yang melarikan diri dari kejaran Belanda.,” katanya sambil menikmati rokoknya.
Ditambahkan Tolu, dari para anggota TRI tersebut dia masih ingat nama-nama pentolannya,” Mereka adalah priyayi yang berpakaian bagus, berpendidikan, membawa senjata, membawa buku dan juga mesin ketik. Mereka antara lain Letkol Surahmat, Letnan Dua Sukotjo,Soengkono, Sakur, Djojo dan Dayat. Merekalah para komandan yang membawahi kurang lebih 50 pasukan yang saat itu berjuang melawan Belanda,” imbuhnya.
Disebut nama Soekotjo, Soerahmat,dan juga Soengkono RADAR Surabaya teringat akan nama itu yakni sama persis dengan riset Harry A. Poeze yang menyatakan Tan Malaka ditembak mati tanggal 21 Februari 1949 oleh Brigade S atas perintah Letnan Dua Sukotjo . Eksekusi yang terjadi selepas Agresi Militer Belanda kedua  itu didasari surat perintah Panglima Daerah Militer Brawijaya Soengkono dan Komandan Brigade-nya Letkol Soerahmat.
Hal ini juga diperkuat dalam buku Otobiografi Letkol Soerahmat (Komandan Brigade S, tinggal di Kediri) yang ditulis salah satu putranya Ir Suyudi memang menyebutkan bahwa Brigade Sikatan atau yang lebih dikenal dengan Brigade S adalah yang menembak mati Tan Malaka di Kediri pada 21 Pebruari 1949.
Penangkapan hingga penembakan mati Tan Malaka oleh Briagade S atas perintah Petinggi militer di Jawa Timur  menilai seruan Tan Malaka yang menilai penahanan Bung Karno dan Bung Hatta di Bangka menciptakan kekosongan kepemimpinan serta enggannya elite militer bergerilya dianggap membahayakan stabilitas.
Mereka pun memerintahkan penangkapan Tan Malaka yang sempat ditahan di Desa Patje Nganjuk dan akhirnya dieksekusi di Selopanggung Kediri.Tentang TAN MALAKA sendiri, Tolu saksi sejarah yang masih hidup mengaku antara ingat dan tidak. Untuk mengembalikan memori ingatanya RADAR Surabaya mencoba membukakan gambar wajah TAN MALAKA. Dari situlah kemudian dia kembali teringat.“Orang ini adalah orang yang menjadi tawanan TRI, dia diamankan khusus. Waktu itu yang menjaga adalah dibawah pengawasan Pak Dayat langsung. Entah bagaimana ceritanya ketika itu setelah ditawan saya mengetahui dia meninggal yakni tepatnya sebelum akhirnya pasukan TRI meninggalkan desa kami sekitar awal tahun 1949,” jelasnya.
Disoal dimana lokasi si tawanan itu meninggal dunia dan kemudian dikuburkan, Tolu terdiam. Dia menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian dia keluar rumah dan menunjukkan pohon petai di depan bekas rumah kakeknya Yasir yang kini sudah rata dengan tanah.
“Disanalah TAN Malaka hilang, itu yang hanya saya tahu, ini juga saya katakan pada orang Belanda Harry A. Poeze yang datang menemui saya sepuluh tahun lalu. Kemudian oleh Harry tempat tersebut disuruh menandai dengan tulisan “ Disinilah Tempat Hilangnya Datuk Ibrahim/TAN MALAKA,” katannya.
Sedikit mengingatkan Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir Nagari Pandam GadangSulikiSumatra Barat2 Juni 1897 – wafat di Kediri Jawa Timur21 Februari 1949  adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpinkomunis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.Di usianya yang masih 16 tahun tepatnya tahun 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda. Tahun1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda. *    
   Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai pimpinan partai. Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang. Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke BerlinMoskwa dan Belanda. PerjuanganPada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda.
Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat.
Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain).Kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan. Ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin.
Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.Perjaungan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”.Pergulatan Tan Malaka dengan partaikomunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia.
Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI,Sardjono-Alimin-Musso.Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambananyang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu.
Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven DigoelIrian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibu kota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis “Menuju Republik Indonesia“. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon,Hong Kong, April 1925. (***/bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

My Picture Slideshow: Hasrum’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Makassar was created by TripAdvisor. See another Makassar slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.

Blogger Advertisement