Selasa, Agustus 02, 2011
Hasrum Jaya
Rapuhnya Sebuah Tradisi
Masyarakat adat rongkong telah berada di wilayah tana luwu, sejak abat ketiga, jauh sebelum hadirnya zaman sawerigading di tana luwu.Komunitas masyarakat adat rongkong, pada abat ketiga, awalnya berdomisili di wilayah dataran tinggi, atau pegunungan berana, tepatnya di kaki puang rongkong tana masakke to tana lalong. Rongkong (Negeri Rongkong).Rongkong asal kata dari Marongko yang artinya rahmat atau anugrah tuhan yang maha Esa. Salah satu wilayah kecamatan yang berada di kabupaten Luwu Utara yang letaknya berada di tengah-tengah jantung Sulawesi ± 57 Km sebelah Barat Kota Masamba ibu kota Kabupaten Luwu Utara dengan ketinggian ± 800-1500 M (dari permukaan laut) dengan suhu 7º -17ºC.Masyarakat Adat Rongkong terkenal dengan budaya yang sangat kental, kesenian beraneka ragam meskipun saat ini sebahagian telah mendekati kepunahan.Tana leluhur komunitas masyarakat adat rongkong, hingga kini masih mempertahankan adat dan budaya leluhur mereka, dengan tetap mempertahankan gelar tomakaka, bagi tau atau orang yang dituakan.Tomakaka adalah cikal bakal marang cina torongkonge, sebutan gelar tau toa, sementara marang cina torongkonge, adalah orang yang dipertuan agungkan atau raja.Sebutan rongkong, adalah asal kata marongko, dimana makna dari marongko, adalah rahmat atau anugerah, hal ini terlihat dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki masyarakat rongkong.Kebesaran nama rongkong, dapat kita lihat dari banyaknya situs purbakala serta benda-benda peninggalan sejarah leluhur masyarakat adat rongkong, yang tersebar di tana luwu, salah satunya adalah batu situs burbakala dan gua kerajaan peninggalan leluhur tau rongkong yang berada di pegunungan barana atau kaki puang rongkong, di wilayah kabupaten luwu utara.Didukung dengan kekayaan alam yang dimiliki tana luwu, serta luas wilayah dataran rendah maupun pegunungan, maka tana luwu, atau lebih dikenal dengan bumi sawerigading, tentunya juga memiliki beragam tradisi adat dan budaya, termasuk tradisi budaya adat rongkong.Rongkong yang memiliki kawasan hutan yang membentang laus,masi utuh ditumbuhi pepohonan yang beraneka ragam salah satunya adalah pohon agatis dalm populasi yang sangat banyak dan di manfaatkan sebagai sumber ekonomi penduduk setempat sampai sekarang ini dan yang sangat menarik karna kawasan hutan ini di huni berbagai jenis satwa liar salah satunya adalah Anuang.
Walaupun tana luwu, atau bumi sawerigading, telah dimekarkan menjadi tiga kabupaten plus satu kota, yaitu, kabupaten luwu, dengan pusat pemerintahannya bernama belopa, kabupaten luwu utara, pusat pemerintahanya masamba, dan kabupaten luwu timur, pusat pemerintahanya berada di malili, serta kota palopo. Namun masyarakat adat rongkong yang tersebar di tana luwu, masih tetap mempertahankan tradisi adat leluhur mereka.
Seiring dengan datangnya bencana banjir bandang pada tahun 1983, dan telah menjadi sebuah kalender bencana tahunan, yang terus terjadi hingga kini, memaksa sebahagian besar warga yang bermukim di hulu sungai Rongkong hengkang dari daerah kampung itu yang sebagian besar warga lawewe, hengkangnya mereka dari desa aslinya berimbas kepada bergesernya tradisi dan budaya di desa tersebut, dimana warga yang memilih tetap bertahan tinggal di desa lawewe, tidak lagi dapat merayakan suatu prosesi adat atau pesta panen.Hilangnya tradisi pesta panen ini, dikarenakan hampir setiap tahunya warga disibukan dengan bencana banjir luapan sungai rongkong, yang memaksa warga melupakan akan sebuah prosesi adat, yang dijadikan sebuah tradisi adat, yang bertujuan untuk lebih menyatukan sesama warga, baik warga lawewe, maupun dengan warga dari desa tetangga.Selain sebagai media pemersatu, pesta panen yang telah terabaikan itu juga adalah sebuah kegiatan adat yang digelar warga sebagai bentuk rasa syukur terhadap sang pencipta, atas limpahan reski yang mereka dapatkan.
Sungai Rongkong. Adalah nama sebuah komunitas masyarakat adat yang tinggal di wilayah kabupaten luwu utara, sulawesi selatan.Komunitas masyarakat adat rongkong, adalah salah satu komunitas masyarakat adat terbesar di wilayah tana luwu, dimana tau rongkong "orang rongkong" juga masuk dalam catatan tomakaka, atau masuk dalam strata garis keturunan raja-raja di tana luwu.Budayannya sangat kental serta kesenian beraneka ragam titipan leluhur,walaupun sebahagian telah terlupakan dan lainya mendekati kepunahan ,namun demikian masih ada yang tetap bertahan dan salah satunya adalah Tenunan Adat Rongkong,namun kondisi tenunan adat rongkong ini terancam pula kepunahannya karma para pengrajinnya yang masih hidup tinggal di hitung jari dan itupun semuanya sudah berusia lanjut ( Lansia).Tenunan Adat Rongkong mempunyai ciri khas budaya masyarakat rongkong yang sejak turun temurun yang dikenal baik dalam negri maupun mancanegara,cikal bakal tenunan adat rongkong adalah “Tannun Tang Mangka”yang turut di jelmakan bersama “Tomanurun” sebagai lambang kebesaranya.Bahan Baku dari kapas alam sendangkan bahan pewarna dan pengawet dari tumbuhan alam dan alat tenun masi tradisional yang di buat dari kayu dan bambu,yang menarik dari tenunan ini adalah dapat bertahan sampai ratusan tahun dan tidak mengalami perubahan warna/tidak luntur.
Daerah Rongkong masuk dalam wilayah Administrasi Kabupaten Luwu Utara,wilayah Rongkong terdiri dari Tujuh Desa antara lain : Desa Limbong,Desa Komba,Desa Pengkendekan,Desa Marampa,Desa Kanandede,Desa Balannalu,Desa Rinding Allo,
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar