Mengungkap Kematian TAN MALAKA di Selopanggung Kediri (Bagian-2)
In Berita on Agustus 16, 2007 at 06:20 pm08Dikubur Didekat Makam Mbah Selopanggung
Prof. Mohammad Yamin, dalam karya tulisnya “Tan Malaka Bapak Republik Indonesia” memberi komentar: “Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah….” Inilah bukti bahwa TAN MALAKA bukan lelaki sembarangan yang diakui keberadaanya baik di Indonesia maupun diluar negeri. Berjuang tanpa pamrih bagi kemerdekaan merah putih , meski akhirnya harus tewas ditangan bangsanya sendiri.Setelah dalam ceritanya yang panjang lebar tentang pasukan Brigade Sikatan, tempat persembunyian dari kejaran penjajah Belanda.
Tolu (84) lelaki yang menjadi saksi kunci tentang misteri kematian TAN MALAKA warga Desa Selopanggung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri kembali bercerita kepada Imam Mubarok wartawan RADAR Surabaya.Meski agak bersusah payah untuk sekedar mengingat kejadian 58 tahun silam, Tolu tergolong lelaki cerdas. Dengan bantuan nama-nama yang dibawa RADAR Surabaya yakni tentang Brigade S dan foto-foto pasukan Brigade S. Tolu kembali teringat tentang Sutan Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan TAN Malaka lelaki kelahiran Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatra Barat, 2 Juni 1897 itu
“Setelah Pak Dayat menyembunyikan tawanannya yang akhirnya tewas, yang saya duga adalah Sutan Ibrahim. Kemudian pasukan Brigade S meninggalkan Desa Selopanggung setelah setahun bersembunyi. Sebelum meninggalkan desa kami pasukan membakar berkas yang dibawa. Seingat saya ada ratusan buku yang dibakar saat itu. Bahkan sangking banyaknya buku itu tidak habis terbakar selama satu minggu,” kata Tolu.
Lalu kemana tawanan Dayat yang kemudian mati itu dikubur setalah pasukan TRI meninggalkan desa” Saya tidak tahu itu sebab saat itu kami orang desa hanyalah orang suruhan dan hanya bias membantu yang bisa kami Bantu. Misal mengantarkan surat, membuat makanan dan menjaga kerahasiaan keberadaan para anggota TRI ini dari musuh,” tambahnya.
Menurut Tolu tawanan yang tewas terbunuh itu tentunya tidak akan dikubur jauh dari desanya. Kemudian dia teringat akan kuburan Mbah Selopanggung orang yang dipercaya kali pertama membabat hutan dan menghuni Desa Selopanggung dan memberikan nama Selopanggung yang berada di dekat batu besar yang tepat berada di belakang rumahnya.
“Kira-kira 50 meter dari lokasi batu besar yang oleh warga setempat diyakini sebagai tempat wingit atau angker ada makam Mbah Selopanggung. Ada dua pohon kamboja tua satu diyakini warga merupakan nisan makam Mbah Selopanggung. Dan ada satu lagi yang usianya dibawah pohon kamboja yang ada di makam Mbah Selopanggung, mungkin itulah makamnya” ungkapnya.
Karena usianya yang lanjut dan kesulitan jalan, akhirnya Tolu memerintahkan Syamsuri mantan Kepala Desa Selopanggung dan Solikin tokoh pemuda setampat untuk mengantarkan RADAR Surabaya ke makam yang dimaksud.Setelah melakukan perjalanan melalui jalan batu yang turun naik di kaki Gunung Wilis kurang lebih 500 meter, akhirnya sampailah di makam yang dimaksud.
Dari kejauhan RADAR Surabaya melihat ada makam dalam sebuah lembah yang terlihat angker. Dengan mengucap Basmallah akhirnya kami turun dengan dipandu Syamsuri. RADAR Surabaya mengamati satu per satu makam tua yang ada tempat tersebut , memang benar apa yang diceritakan Tolu ada dua pohon kamboja tua ditempat tersebut.“ Itu pohonya yang paling tua adalah makam Mbah Selopanggung orang yang pertama kali membuka daerah ini. Dan ini adalah makam misteri yang yang dimaksudkan Pak Tolu itu,” kata Syamsuri menunjukkan makam yang dimaksud yang hanya berjarak tiga meter dari makam Mbah Selopanggung.
Dalam hati kecil saya berkata, sangat dimungkinkan makam tersebut adalah makam TAN MALAKA. Sebab jika ditarik garis lurus dengan tempat tinggal Mbah Yasir yang digunakan tempat tinggal pasukan Brigade S, lokasi makam tersebut pas sekali. Dan disitulah patut diduga makam TAN MALAKA setalah ditembak mati oleh Letnan Dua Sukotjo yang juga mantan Walikota Surabaya itu
.“Jaman dulu kan belum ada nisan seperti sekarang ini, orang dulu hanya mengingat lokasinya dan biasanya ditandai dengan pohon kamboja (adinium jawa),” kata Syamsuri.Keberadaan makam misteri tersebut juga dibenarkan Sukoto (87) warga Selopanggung seangkatan Tolu yang pernah menjadi kurir Brigade Sikatan,” Makam tua hanya satu yakni makam Mbah Selopanggung, seingat saya makam kedua itu muncul setelah pasukan TRI meninggalkan desa kami,” kata Sukoto yang ditemui RADAR Surabaya usai mendatangi makam misteri di lembah atau yang lebih dikenal di Selopanggung dengan nama makam ledokan itu.
Setelah mendapat keterangan dari dua orang yang paham ketika tahun-tahun tersebut. RADAR Surabaya kemudian berdiskusi kecil dengan Syamsuri dan kawan-kawan tentang misteri TAN MALAKA yang namannya tetap harum hingga sekarang sebelum akhirnya kembali ke Kota Kediri untuk menulis kisah misteri kematian TAN MALAKA. Hanya ada satu cara yang bisa digunakan untuk membuktikan itu semua adalah test DNA setalah makam misteri itu dibongkar, namun semua itu masih menjadi misteri dan biarlah TAN MALAKA menghilang namun namannya tetap dikenang. Wallahua’lam. (***/tamat)
BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! (TAN MALAKA)
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar