Pentas I La Galigo di Palopo: Meluruskan Cerita yang Sebenarnya
Submitted by on July 12, 2011 – 4:39 pmNo Comment
Dua hari pementasan I La Galigo pada 1-2 Juli 2011 mendatang tampaknya akan menjadi hari istimewa bagi warga Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Untuk pertama kalinya, Pemerintah daerah setempat menggelar pentas teater seni I La Galigo di tanah kelahirannya di Tanah Luwu, Sulawesi Selatan.
Namun, ada sedikit perbedaan dari pertunjukan yang akan digelar di Palopo ini dengan teater I Laga Ligo yang sudah pernah di pentaskan sebelumnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palopo Najib Kasim yang ditemui terkait rencana kegiatan ini mengatakan pementasan I La Galigo ini merupakan bagian dari itikad baik pemerintah yang akan meluruskan cerita I La Galigo seperti yang sudah pernah dipentaskan di beberapa tempat bahkan di luar negeri itu.
“Pementasan ini bukan untuk menandingi teater I La Galigo karya sutradara Robert Wilson, namun kami hanya ingin meluruskan beberapa bagian cerita yang kami nilai tidak sejalan dengan Sureq I La Galigo yang sebenarnya,” ujar Najib.
Hal-hal apa saja yang akan diluruskan dari teater I Laga Ligo karya Robert Wilson? Najib menjelaskan terdapat beberapa hal yang dinilainya sedikit melenceng, seperti penggunaan bahasa, baju adat, dan tarian. Bahkan hal mendetail seperti penggunaan hiasan kepala yang tidak sesuai dengan tradisi asli Luwu yang merupakan cikal bakal cerita I La Galigo berasal.
Lantas, siapakah figur yang akan menyutradarai pementasan I La Galigo di Palopo ini? Najib menuturkan jika pihaknya memercayakan kepada Budayawan Sulawesi Selatan asal Tana Luwu Andi Abubakar Hamid.
“Kami optimistis pementasan ini akan lebih ‘asli’ dari yang sudah pernah dipentaskan oleh Robert Wilson, sebab seluruh perangkat maupun kelengkapan untuk pementasan akan digunakan sesuai dengan tradisi dan budaya Tana Luwu, selain itu pementasan juga dilakukan berada di tanah kelahirannya sendiri,” tutur Najib.
Pementasan I La Galigo yang akan dipentaskan nanti, akan mengambil cerita pada episode “Sawerigading; Pelayaran Cinta”, yang bercerita mulai sejak kelahiran anak kembar emas Sawerigading dan We Tenriabeng, hingga “perjalanan cinta” Sawerigading ke negeri China.
Epos atau karya sastra dengan cerita terpanjang di dunia itu sudah lama didesak untuk dipentaskan di Tanah Luwu. “Tidak sempurna Andi Anton sebagai budayawan Luwu jika I La Galigo tidak dipentaskan di tanah kelahirannya,” kata Ketua Kerukunan Keluarga Luwu (KKL), Bukhari Kahar Mudzakkar di Makassar, beberapa waktu lalu.
Andi Anton adalah budayawan asal Luwu yang berperan dalam pementasan pertama I La Galigo di Indonesi yang dilaksankan di Benteng Fort Rotterdam Makassar, 14-15 April 2011.
Bukhari menyebut, dalam pertemuan dengan Andi Anton ia mengutarakan akan pentingnya, I La Galigo putra dari Raja Luwu Sawerigading yang lahir dan meninggal di Luwu juga dipentaskan di tanah Luwu. “Namun ia menjawab dukungan pemkab di Tanah Luwu kurang,” ucapnya dan menambahkan kendala lain adalah masyarakat Luwu khususnya remaja lebih menginginkan artis ibu kota yang datang dibanding pentas I La Galigo.
Hal lain yang menjanggal dibenak politisi PAN ini adalah, tidak ada satu pun putra-putri asli Luwu (Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Kota Palopo) yang terlibat langsung dalam pementasanI La Galigo. Untungnya masih ada beberapa putra Bugis-Makassar.
Sumber: www.jurnas.com
0 komentar:
Posting Komentar