Kamis, 11 Agustus 2011

Sabbang dan Konflik Yang Tak Kunjung Padam




Kecamatan Sabbang adalah salah satu wilayah Pemerintahan Kab.Luwu Utara, yang terdiri dari 19 Desa dan 1 Kelurahan. Kecamatan Sabbang sampai sekarang ini diidentikkan dengan daerah rawan konflik, kerap sekali terjadi perkelahian/tawuran antara pemuda desanya.
Perkelahian/tawuran seperti ini hampir terjadi setiap tahun dan tidak tanggung-tanggung terkadang menimbulkan korban jiwa bagi para pelakunya dan juga tidak sedikit materi yang mereka habiskan untuk melakukan aksi saling serang dalam setiap perkelahian/tawuran, yaitu dengan mengadakan persiapan amunisi untuk senjata rakitan (papporo') yang mereka pakai. Bahan yang mereka butuhkan untuk membuat Papporo' adalah pipa besi yang kira-kira berdiameter 1/2 inci sampai 1 inci untuk ukuran senjata biasa, dan kira-kira 4 inci untuk ukuran senjata yang mereka sebut Bazoka, yang mereka pilih dari pipa yang berjenis keras dan tebal, kemudian untuk pelornya terdiri dari potongan besi, paku dan beling, itu untuk pelor hambur, untuk pelor yang mereka sebut pelor tunggal, mereka buat dari bahan timah yang dibentuk atau dicetak dengan cara melobangi dan membentuk tanah sebagai tempat untuk mencetak pelor tunggal itu. Ini semua tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Lalu kemudian timbul sebuah pertanyaan; "darimana mereka mendapatkan dana/biaya untuk membuat dan melengkapi alat dan bahan tersebut, mungkinkah ada sponsor dibalik semua itu, ataukah masyarakat setempat ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan logistik jagoan-jagoan mereka ?".
Hal ini adalah suatu hal yang sangat fenomenal sekali, namun sampai detik ini belum ada cara yang jitu yang mampu dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompoten untuk menangani masalah tersebut, terbukti kejadian seperti ini kerap terjadi setiap tahun dengan pelaku yang sama, motif yang sama dan bahan yang sama. Sehingga timbul asumsi bahwa jangan sampai ada indikasi pembiaran terhadap masalah ini, yang bisa memberikan feedback yang baik bagi segelintir orang.
Masih segar dalam ingatan kita semua, kejadian pada Bulan Ramadhan 1431 H/tahun 2010 yang lalu dimana hampir 3 km kendaraan macet gara-gara pemuda yang tawuran, yaitu pemuda Desa Terpedo Jaya (yang dibantu oleh Pemuda dari Desa Dandang)  dengan Pemuda dari Desa Buangin, yang tidak lain pemicunya adalah rasa dendam yang berkepanjangan, dimana pemuda Desa Dandang merasa dendam dengan Pemuda Desa Buangin, lalu kemudian mencari sekutu yaitu pemuda dari Desa Terpedo Jaya, untuk menyerang Pemuda Desa Buangin dari arah utara. Tidak sampai disitu, setelah selesai bulan Ramadhan Pemuda Desa Dandang melakukan penyerangan dari arah selatan kepada Pemuda Desa Buangin, terjadi lagi macet yang panjang dan sekaligus menjadi tontonan gratis para penumpang kendaraan yang doyan nonton gratis.
Anehnya lagi setiap kejadian, petugas dari kepolisian selalu terlambat datang di TKP, sehingga aksi baku tembak antara pemuda sudah berjalan lama baru mereka tiba dan terkadang sudah memakan korban, dan yang paling aneh lagi petugas kepolisian takut mendekati TKP untuk membubarkan mereka yang tawuran, dengan alasan senjata mereka (yang tawuran) berbahaya, lalu bagaiman dengan senjata Bapak ?
Sudah saatnya kita mencari solusi yang tepat untuk mencegah kejadian-kejadian seperti itu, jangan lalu melakukan tindakan-tindakan yang subjektif tapi perlu ada solusi yang efektif. Kita semua yang berkompoten perlu duduk bersama membangun komunikasi untuk mencari solusi terhadap aksi-aksi anarkhi ini.
Menurut hemat saya, ada beberapa  akar persoalan yang menjadi pemicu dari aksi tawuran antara pemuda tersebut, yaitu :

  1. Kurangnya kegiatan Positif, sehingga mereka cenderung mengarah kepada kegiatan-kegiatan negatif.
  2. Maraknya peredaran minuman keras jenis Ballo, yang murah dan mudah mereka dapat.
  3. Kurang pro aktifnya Pemerintah setempat untuk menengahi pemicu-pemicu tawuran yang sifatnya masih kecil (ada kesan menganggap remeh persoalan).
  4. Kurang tanggapnya Pemerintah setempat, untuk membangun komunikasi persuasif antara Pemerintah yang pemudanya terlibat tawuran.
  5. Tidak adanya wibawa Pemerintah setempat di mata para Pemudanya, sehingga terkesan tidak dihiraukan.
  6. Kurangnya profesionalnya Pemerintah setempat untuk melakukan pemberdayaan Pemudanya (terkesan tidak ada Sence of Belonging terhadap Pemudanya), dan
  7. Kurang efektifnya tindakan petugas keamanan dalam menuntaskan kasus ini, terkesan selalu menghantam daun dan buah tapi membiarkan akar dan batang persoalan tumbuh dengan subur, sehingga embrio-embrio persoalan tidak pernah musnah, dan akibatnya tidak mampu memberikan efek jera, tetapi justru menimbulkan efek penasaran yang membuat aktornya penasaran untuk berbuat lagi.
Inilah yang menjadi hasil Site Observation saya selama ini, Sekali lagi ini tanggung jawab kita bersama.
Saya sangat apresiasi terhadap rencana Camat Sabbang, Bapak  Jumail Mappile, S.IP, M.Si, untuk mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat dan pemuda untuk mencari solusi atas kejadian-kejadian seperti ini, termasuk beliau mengundang saya secara lisan, yang rencananya akan diadakan tanggal 12 Agustus 2011 sehabis shalat Tarawih, semoga pertemuan ini ada titik temunya.
Dan kesimpulan yang terakhir, yang membuat saya tidak habis berfikir, apakah mungkin ada Skenario, Koreografer, Dalang dan Produser dalam Episode yang tak kunjung selesai ini, Wallahualam Bissawab.

2 komentar:

salam kenal sy putra sabbang di Desa Salama yang bertugas di rantau orang turut dan sgt prihatin dgn kondisi yang sering trjdi di kampung sendiri dmna sering trjdi adanya konflik yang berujung pd hilangnya nyawa,sungguh sgt di sayangkn sesama putra daerah hrs terjdi sedemikian rupah entah kapan konflik it akan berakhir,melalui tulisan in sy mncoba mengajak saudaraku sesama putra sabbang marilah ttp menjaga kedamaian dan tidak ada lg pertikaian...padakita renden.....

Posting Komentar

My Picture Slideshow: Hasrum’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Makassar was created by TripAdvisor. See another Makassar slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.

Blogger Advertisement