MEMBANGUN INDONESIA BERMORAL, BERKEADILAN
Saudara-saudara para undangan yang terhormat,
Hadirin serta simpatisan yang budiman,
Hari ini, Juma’t 28 Oktober 2011 hendak kita adakan Konggres Rakyat Indonesia dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda Pemudi Indonesia. Kita yang sedikit orang berkumpul di sini untuk menyaksikannya. Terimakasih untuk kesediaan saudara-saudara sebangsa dan setanah air, senasib sepenanggungan berada bersama kami.
Tetapi lebih sekedar sebuah Konggres Rakyat Indonesia, hari ini kami ingin memastikan sebuah arah politik baru. Arah yang berusaha keluar dari kesempitan, kesesakan dan kejenuhan politik kita hari-hari ini.
Betapa tidak. Kita telah menyaksikan hari-hari panjang yang disebut reformasi ini, dengan kekhawatiran yang nyaris sempurna, yaitu bahwa demokrasi yang kita pernah bayangkan itu, kini terlihat tanpa arah, atau bahkan sedang menuju jalan buntu.
Tengoklah sejenak apa yang terjadi dengan bangsa ini, terpuruk secara ekonomi dan kacau secara politik. Tetapi sesungguhnya lebih dari itu, kita secara tidak langsung telah mencatatkan diri sebagai bangsa yang membangun sejarah peradaban hitam, rasialisme, pembunuhan etnis, perang agama, semua lengkap terjadi di sini. Kita seakan sedang menghimpun seluruh sejarah kebiadaban dunia.
Iilah ironi bangsa ini, ketika bangsa-bangsa lain tengah berpacu membasmi kemiskinan, meningkatkan pendidikan dasar dan kesehatan rakyat, dan manakala Negara-negara sibuk melakukan terobosan-terobosan luar biasa di lapangan teknologi informasi dan bioteknologi, kita justru sedang berbalik ke zaman Kaliyuga, yaitu suatu zaman yang menurut pujangga Ronggowarsito adalah zaman kehancuran dan kegelapan, zaman dimana “lautan mengalir kesungai” dan bukan sebaliknya.
Istilah ini sungguh tepat..!! kita memang sedang menuju kehancuran total sebagai sebuah Negara. Kita sedang berpacu untuk saling menghancurkan sesame kita atas nama kesucian agama, superioritas suku atau bahkan atas alas an kecendikiawanan. Sungguh, belum pernah kita seburuk seperti sekarang ini. Apakah yang salah dalam diri bangsa ini? Mentalitas suka menerabas mendapat tempat yang paling pas di zaman kaliyuga ini.
Betapa tidak, watak Korupsi, Kolusi, Nepotisme tidak akan berlangsung secara intensip, hingga saat ini, bilamana mentalitas suka menerabas tidak tumbuh subur didalam jiwa individu Indonesia, terutama mereka yang menyelenggarakan pemerintahan. Hubungan simbiose mutualistis antara penguasa dan pengusaha atas dasar mentalitas suka menerabas ini yang sekarang sering diistilahkan sebagai kroni kapitalisme. Para pengusaha dan para pejabat pemerintahan pada umumnya memetik keuntungan ekonomi atau rente ekonomi dengan memanfaatkan jabatan jabatan strategis yang dimilikinya. Bentuk simbiose mutualistis itu dapat berupa deposito deposito jutaan dolar di bank-bank luar negeri, atau pemilikan tanah ratusan an ribuan hektar di dalam dan di luar pulau jawa, pengangkatan sanak sedulur di departemen-departemen atau kementerian yang dipimpinnya atau mendirikan perusahaan-perusahaan, yayasan-yayasan keluarga selama berkuasa, atau menganggap kas Negara sebagai kas pribadi. Mentalitas yang sama jugalah yang mendasari sejumlah skandal keuangan lainnya seperti, Wisma Atlet, Bank Century, Freefot, Perpajakan dan lain sebagainya. Sayang sekali, ketika kita berbicara tentang reformasi di semua bidang kehidupan, justru mentalitas simbiose mutualistis inilah yang tampak paling di depan. Sementara itu, kita masih terus mendengar para penyelenggara pemerintahan saat ini, dari presiden dan para menterinya, tetap bersikukuh pada pandangan bahwa urusan ekonomi “tidak ada masalah”.
Bila kita Pemuda Indonesia ingin membangun kembali bangsa ini, maka kita harus mulai dengan fakta bahwa kita adalah bangsa yang majemuk. Pluralisme…! Sebab itulah ruang sosial yang kita hidupi. Dan hanya ruang itulah demokrasi dapat ditumbuhkan. Demokrasi tidak lain adalah pelembagaan aneka kepentingan, tempat dimana konflik dan kekuasaan dikelola secara beradab. Dan pelembagaan itu hanya dapat diatur melalui pekerjaan akal sehat. Kita menyebutnya rasionalitas. Demokrasi memang memerlukan tuntunan rasionalitas. Politik dalam konteks ini haruslah kita pahami sebagai gejala sosiologis biasa. Ia bukan ukuran hidup mati bagi seseorang atau suatu kelompok. Politik adalah soal yang harus dipersaingkan dan diuji secara akal sehat, dan bukan dipertahankan melalui faham2 doktriner.
Keterjebakan pemuda kita dalam berbagai konflik horizontal sekarang ini adalah terutama karena kita kurang menyadari pluralism, dan terlalu mengagung-agungkan identitas kelompok. Di dalam era dimana transmisi kebudayaan global merupakan fakta peradaban baru, kita seharusnya juga terbuka dengan prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku global. Sebaliknya, kepicikan kita dalam mempertahankan semangat nasionalisme sempit, hanya akan mengucilkan kita dari perkembangan peradaban global yang seharusnya kita pemuda ikut tentukan arahnya secara kritis.
Dalam konteks perkembangan global itu jugalah, kita pemuda bangsa harus mengerti konsep civil society, yang sedang ramai kita percakapkan itu, sekaligus dalam kaitan globalnya dengan terbentuknya suatu transnational civil society. Interkoneksi global inilah yang harus kita manfaatkan di dalam saling memperkuat gerakan demokrasi sebagai gerakan peradaban global.
Hadirin yang terhormat,
Hari ini kita berdiri di depan makamah akal sehat, untuk memperingati Sumpah Pemuda juga untuk menjawab tuntutan sejarah; ikut dalam pertikaian yang saling menghancurkan ini, atau membangun jembatan baru untuk menyeberangkan bangsa ini ke lokasi politik yang lebih menjanjikan. Jawab kita hari ini adalah komitmen etis dan politik yang akan kita pertanggungjawabkan pada generasi hari esok. Itulah sebabnya kita harus pastikan sekali lagi bahwa keragu-raguan dan pesimisme yang terus kita pelihara sekarang ini untuk mengambil langkah, hanya akan makin membebani generasi yang akan datang, dan merampas hak mereka untuk hidup dalam alam keadilan dan demokrasi yang memang milik mereka.
Hadirin yang terhormat,
Keadilan dan demokrasi adalah asas Konggres Rakyat Indonesia. Sengaja kami dahulukan paham keadilan, karena kami yakin bahwa hanya dalam jiwa-jiwa yang adil, spirit demokrasi dapat berkembang mekar. Demokrasi adalah fasilitas politik yang memungkinkan individu bertumbuh secara otentik. Tetapi keadilan adalah sarana kemanusiaan yang harus dipelihara dengan komitmen batin. Secara politik, keadilan dan demokrasi itu harus dilembagakan melalui kebijakan Negara dan jaminan konstitusi. Itulah sebabnya melalui Konggres Rakyat Indonesia ini, kita pemuda bangsa akan berjuang untuk memastikan bahwa semua warganegara berhak atas keadilan dan demokrasi.
Hari ini haruslah menjadi kesempatan sejarah untuk mengawali komitmen itu, kendati situasi sosial dan ekonomi Nampak tidak bersahabat; situasi yang tentu saja cenderung melanggengkan apatisme, ketimbang membangkitkan inisiatif untuk berjuang. Tetapi titik kritis ini harus kita lalui, kalau kita percaya bahwa sejarah selalu menyediakan kesempatan emas bagi mereka yang siap mengisinya.
Hadirin yang saya hormati,
Akhirnya, tanpa pretense mengatasnamakan rakyat, dan tanpa tedensi menjadi serba tahu, kami pemuda Indonesia meniatkan hati untuk mengusahakan sebuah Indonesia Bermoral, Indonesia Berkeadilan, melalui sebuah pergerakan perhimpunan pemuda Indonesia, yang kami beri nama Konggres Rakyat Indonesia.
Dan Ujung dari semua komitmen adalah langkah. Maka pada akhir semua ini adalah seruan, sekaligus undangan kami pemuda Indonesia, untuk siapa saja yang tergerak dan berkehendak untuk bersama-sama bekerjasama memperjuangkan keadilan dan membangun demokrasi.
Mari berhimpun, bersatu, membangun Indonesia Bersih, Indonesia Baru, Indonesia yang bermoral.
IMAM SUPAAT
Pendiri dan Pimpinan Redaksi Surat Kabar Independen SuaraKPK
Pendiri dan Ketua Umum Gerakan Akal Sehat Indonesia (GRASI)
Penggagas Konggres Rakyat Indonesia (KRI)
0 komentar:
Posting Komentar